Minggu, 26 Februari 2012, Pukul 10.00 Wita-Selesai
Mengakhiri agenda bulan Februari, Bentara Budaya Bali menyelenggarakan workshop seni grafis. Materi yang akan diberikan dalam workshop itu adalah seni grafis cukil kayu (woodcut) dengan cetak manual di atas kertas dan di atas kanvas. Cukil kayu (woodcat) adalah media seni grafis tertua. Di Cina, teknik ini telah dikenal sedini abad kelima, belakangan berkembang pula di Jepang sebagai seni grafis cukil kayu khas negeri Sakura (ukiyo-e), yang hingga kini memperoleh tempat terhormat.
Di Indonesia, seni grafis, khususnya teknik cukil kayu, usianya belumlah terlalu tua, bermula sekitar tahun 1940-an, dirintis oleh Mochtar Apin, Bahroedin MS, dan Suromo. Namun demikian, jika dibandingkan dengan seni lukis misalnya, perkembangan seni grafis sungguh ketinggalan. Ada musabab yang menjadikan seni grafis hanya menjadi ‘warga kelas dua’ di tengah seni rupa dewasa ini: apresiasi terhadap seni grafis masih rendah; peran pendidikan seni, dinilai mencemaskan; dan jumlah seniman grafis memang tergolong masih sedikit.
Bentara Budaya menyadari kondisi memperihatinkan tersebut. Kesadaran itu disertai tindak nyata berupa penyelenggaraan trinale seni grafis Indonesia. Hasilnya, dari tahun ke tahun bukan hanya jumlah pesertanya yang bertambah, tetapi secara kualitas juga sungguh menjanjikan. Namun demikian, ironisnya, sepanjang tiga kali menyelenggaraan trinale, dari Bali hanya satu orang pegrafis saja yang tercatat sebagai finalis. Ini mencerminkan bahwa seni grafis di Bali terbilang masih jauh dari perhatian publik seni.
Workshop diberikan oleh Hardiman (pengajar seni grafis di Undiksha Singaraja, penulis seni rupa, dan kurator) dan I Kadek Septa Adi (pegrafis, finalis Trinale Seni Grafis Indonesia III, Bentara Budaya ). Acara ini diadakan serangkaian pameran seni grafis yang dijadwalkan berlangsung Maret mendatang di Bentara Budaya Bali, terbuka untuk semua seniman grafis Bali, yang berproses di dalam maupun di luar pulau ini.
No comments:
Post a Comment