Tuesday, May 16, 2023

OBITUARI : 40 HARI PELUKIS AS KURNIA


 

AS (ASYAR) KURNIA
OBITUARI :
40 HARI AS KURNIA

Pepatah bilang, "hidup itu menanti mati"
Waktu kecil aku berangan-angan mati pada umur 60 tahun. Kalau boleh memilih, aku ingin mati
di hari kelahiranku ( catatan kecil AS Kurnia)

Minggu, 14 Mei 2023 diperingati sebagai 40 hari kematian AS Kurnia yang meninggal di usia
63 tahun. 3 tahun diberi bonus Yang Kuasa melebihi keinginannya untuk meninggal di usia 60.
Tidak pula dihari kelahirannya tapi mendapat anugrah PIN istimewa mati di hari Paskah hari
kebangkitan dari kematian idolanya Yesus, di bulan yang indah purnama dan bulan suci
Ramadhan pula.
Mungkin, boleh jadi AS Kurnia adalah lokomotif terakhir, tonggak seniman yang berani
mengambil sikap/pilihan hidup. Berani total idealis berkarya secara jujur dengan
mengesampingkan phisik maupun kehidupan pribadinya dalam era modern saat ini, sementara
para pelukis senior seangkatannya sudah mapan dari hasil perjuangan menyelaraskan antara
dileyma berkarya dan kehidupannya.

Nama AS Di Depan Nama KURNIA
Sampai kini tdak ada yang tahu arti nama AS, di depan namanya adalah kepanjangan dari
ASYAR yang mempunyai arti percaya diri, mandiri dan bicara apa adanya. Nama yang ia
ciptakan karena masa Orde Baru ( era Suharto) dilarang menggunakan nama atau memakai
budaya yang berbau Cina. Jadi ASYAR adalah perubahan nama aslinya Kwik Yam Bie di Akte
Kelahirannya, catatan sipil Tionghoa Semarang.
Rupanya nama Asyar itu memang sesuai dengan sikap Kurnia yang tidak pernah mengeluh
walau deritanya hebat dan panjang. Di mulai dalam lingkungan keluarga, masa kecilnya yang
kurang harmonis, menyimpan banyak memori pahit yang membentuk pribadi "introvert" tidak
mau merugikan dan menerima belas kasih kepada sesama seniman maupun menghamba
kepada kolektor ( bantuan apapun ditolaknya )
Pribadi yang tertutup, sangat kaku, susah bersosialisasi dengan sesama sebenarnya sangat
berat baginya untuk ia terima. Tapi kondisilah yang membentuk wadah diri untuk sebuah watak
pribadi yang keras seperti itu ia tuangkan melalui tulisan2 protes vokalnya yang berkesan nyinyir
bagi yang mencerna secara sensitif maupun sentimentil.

Perjalanan Dalam Kegelisahan
Dalam kekuranganya, didera situasi dan kondisi yang sulit, tanpa disadari kemandirian terbentuk
memcipta talenta yang multi mumpuni dan murni.
Menghasilkan karya2 yang intens dengan kekayaan ide2nya dan kecerdasan otaknya walau
tidak mengenyam pendidikan seni manapun. Bahkan bangku pendidikan terakhir hanya kelas 2
SMP di Dominico Savio, Semarang karena terbentur biaya.
Mulai melukis diusia belia. Dimulai di dunia karikatur yang cukup menggebrak di Semarang,
kota kelahirannya. Bergabung dengan Sanggar Pawiyatan Raden Saleh dan pernah berguru
dengan Saryono pelukis Semarang. Sering mengikuti pameran dan sering menjuarai kompetisi.
Sampai puncaknya 1989 dia terpilih juara 1 Kompetisi Pelukis Muda Indonesia yang digagas
oleh ITB berkolaborasi dengan Alliance Francaise yang membawa dia keliling Eropa.
Eksplorasinya tidak hanya melukis tapi juga seni grafis, kolase dan membuat patung untuk
konsep wacana karya lukisnya. Dalam literatur, puisi, cerpen dan artikel seninya sering
diterbitkan media2 besar di Indonesia. Karya-karya Kurnia memiliki kedalaman makna
mendalam. Menggiring para pengamat untuk penasaran dan berusaha menelisik dan mengerti.
Semua kegelisahan dan keganjilan yang ia selami dalam hidup ia curahkan dalam lukisannya.
Sebuah protes yang keras yang positif. Seperti pula dalam tulisan- tulisannya yang kritis dan
vokal.
Ketotalan dalam berkarya menjadi profesionalisme dalam karyanya untuk hidupnya.
"Di penantian mati, aku ingin berkarya cipta.
Cahaya berkesenian tetap berseri-seri. Nyala berkesenian tak pernah mati
Berkesenian adalah denyut nadi. Aku tak peduli karyaku akan selesai atau tidak." ( catatan kecil
AS Kurnia)

Pergi Tanpa Tanda
4 April 2023 jam 8 pagi, dia telah pergi meninggalkan jasadnya yang jongkok meringkuk berdoa,
di sebelahnya terbuka kitab Injil, di atas lantai dingin dilapisi kasur tipis. Di kamar yang pengap
kecil ukuran 1,5 x 2,5 mtr yang sekaligus menjadi dapur, ruang makan serta toilet dadakan diember, serta botol2 kecil..
Pergi tanpa tanda dan pesan meninggalkan Siputih sepeda kayuh yang setia setiap pagi
mengantarnya menanjak ke Arma Museum.
Sehari setelah kematiannya, Goenawan Muhamad mengirim pesan kepada saya, "Ari. Sedih
banget Kûrnia pergi. Sendjrian"
Ya, dia pergi dalam kesendirian dan kesunyian tetapi idealismenya tidak meninggalkan kita.
Idealisme yang tak ternilai itu pula yang menerbangkannya ke suarga loka....
Seperti pada catatan akhirnya
"Aku menabur bunga bukan untuk kematian atau kehidupan tetapi sebagai jejak berkesenian.
Aku menyalakan lilin bukan untuk menerangi kematian atau menandai kehidupan tetapi sebagai
ikrar berkesenian.
Aku tak peduli ada yang mengapresiasi atau tidak... "
Banjar Lebah, Bedulu, 06.04.2023
Aricadia, seniman dan penulis

No comments:

.

.