Thursday, December 24, 2015

Indonesia Perlu Perubahan, Revolusi Mental.

Indonesia Perlu Perubahan, Revolusi Mental.
Fwrd: Rizal ramli Yang Memulainya

Perangi Korupsi, Kepahlawanan Bentuk Baru. Kalimat di alinea diatas adalah judul berita utama harian Kompas bulan lalu, menarik memang, karena situasi jaman dahulu berbeda dengan situasi sekarang. Dulu, para pahlawan mengusir penjajah agar Indonesia merdeka dari para penjajah. Semangat para pahlawan yang mengusir penjajah demi kemerdekaan Republik Indonesia sangat relevan untuk di transformasikan dalam bentuk perjuangan baru memerangi korupsi. Kejahatan luar biasa itu adalah musuh bersama karena merusak kehidupan bangsa. Saat ini pahlawan itu jauh lebih kompleks tantangannya. Dahulu, tantangan penjajah riil, tetapi hari ini kita menghadapi penjajah yang juga ada dalam diri bangsa kita sendiri. Termenung sejenak saya ketika membaca headline harian Kompas diatas. Apalagi membaca komentar Prof. Saldi Isra dalam artikel headline tersebut. Betapa tidak? Diusianya yang ke 70 negara Indonesia ini dan dalam rangka memperingati hari pahlawan yang ke 70, ternyata didalam diri bangsa ini ada mental penjajah. Tapi, apa boleh buat itulah fakta yang dengan mudah bisa kita lihat dan rasakan sehari-hari. Racun bangsa ini adalah korupsi. Penghambat kemajuan bangsa dan negara ini adalah korupsi. Segala bentuk kongkalingkong di republik ini juga tak terkecuali "atur-mengatur", lobby tingkat tinggi termasuk juga masalah perpanjangan kontrak karya Freeport Indonesia yang menyita banyak perhatian publik nasional maupun dunia internasional telah membuat rakyat Indonesia marah, geram, emosi dan campur aduk perasaannya melihat adegan tidak lucu dan menyebalkan yang dipertontonkan oleh para pejabat dan politisi kita dalam sebulan ini. Ada apa dibalik ini semua? Kita kilas balik ke belakang, saat DR. Rizal Ramli baru dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Maritim Dan Sumber Daya pada Kabinet Kerja pada tanggal 12 Agustus 2015 yang lalu. Ibarat permainan sepak bola. Disaat genting akhirnya diputuskan mengganti pemain dengan posisi sebagai Libero. Namanya Rizal Ramli, maka sang Libero Rajawali (demikian dia menyebut dirinya Rajawali) pun terbang di rumput, lari kesana kemari, bebas melakukan tendangan tapi terukur. Siapapun yang ditemui didepannya.... dihajar, di libasnya. Di kepak dan di kepret dengan sayapnya...... Sang Libero Rajawali pun terbang mencari mangsa, membuat taktik untuk mencari kesalahan lawan, siapa lawannya? Tim pemburu rente atau rent seekers. Dia menggiring bola sehingga terciptalah tim lawan berbuat kesalahan di kotak penalti. Begitulah saya tamsilkan buat Rizal Ramli yang belum sampai sepuluh hari setelah pelantikannya telah terbang di rumput pertandingan menyelamatkan Indonesia dari kekacauan di sektor ekonomi akibat "proyek-proyek komando". Dia pertanyakan kebijakan pembelian pesawat oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia yang berencana berhutang sebesar 44,5 milyar dollar AS dari China Aviation Bank. Baru sehari menjabat sebagai Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli langsung melakukan "gebrakan" yang mengejutkan. Dia meminta agar PT Garuda Indonesia Tbk membatalkan penambahan pesawat. Dia mengaku telah menggagas pembatalan rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda Indonesia. Rizal mengistilahkan tindakannya itu sebagai "kepret" (menampar). Ya, Rizal sudah melakukan Kepretan jilid 1. Belum seminggu, tepatnya 18 Agustus 2015, Rizal sudah memberikan Kepretan jilid 2. Kritikan tajam Menteri Koordinator bidang Maritim Dan Sumber Daya terkait proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw) yang tidak masuk akal, diserang balik oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Menurut JK, Rizal harus memahami terlebih dahulu persoalan yang ada sebelum menyampaikan kritikan. Namun, mantan menteri koordinator bidang ekonomi inipun kembali 'menyerang' JK. Rizal menantang JK agar berdebat di depan umum terkait proyek pembangkit listrik 35 GW tersebut. Saya menilai bahwa kritik Rizal Ramli terhadap program-program pemerintah yang dibuat sebelum dia masuk kabinet dan menurutnya tidak realistis serta sarat kepentingan kelompok bisnis tertentu, pasti sudah didahului perhitungan. Saya "Haqqul Yaqin" bahwa Rizal bukan sekedar "koboi-koboian" atau "gaya-gayaan" atau mencari sensasi, karena sejatinya Rizal adalah sosok yang selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak, bukan kepentingan segelintir orang. Rizal Ramli juga melakukan TENDANGAN DUA BELAS PAS...! Tendangan dua belas pas ........ ke gawang pelabuhan Tanjung Priuk, yaitu PT. PELINDO II (mulai dari Dwelling Time). Tendangan satu lagi, tentang besaran yang realistis dari jumlah Giga Watt pembangkit listrik yang mampu di bangun dan apakah jaringan transmisinya siap menampung aliran listrik sebanyak 35 GW. Tendangan lain ialah ketika Rizal juga bicara tentang masalah Blok Masela, suatu lapangan gas di dasar laut di daerah Maluku yang mempunyai POD (potential of development) sebesar 40 TCF, suatu angka cadangan yang sangat besar sehingga disebut lapangan gas abadi. Semula publik tidak faham atas apa yang diributkan oleh Rizal, akhirnya sekarang masyarakat pun menjadi tahu bahwa betapa sebenarnya sangat besar kekayaan dan harta terpendam di dasar laut negara kita didaerah Maluku ini. Bahkan orang Maluku sendiri pun baru tahu bahwa didaerah mereka ternyata tersembunyi harta karun yang terpendam dan bernilai sangat tinggi. Begitu juga dengan masalah Freeport, Rizal Ramli lagi-lagi mengangkat masalah ini kepermukaan sehingga akhirnya menjadi luas dan bahkan semakin lama menjadi semakin besar. Semua orang akhirnya menjadi tahu "kelakuan" para pejabat dan bahkan menteri tertentu yang dengan begitu mudahnya mengirimkan surat kepada PT. Freeport Indonesia tentang "jaminan" akan diperpanjangnya kontrak karya PT. Freeport Indonesia oleh pemerintah Indonesia. Saya ingat betul tanggalnya, 7 Oktober 2015. Ketika itu saya hadir dalam acara seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Teknik Kimia Universitas Diponegoro di Ballroom Djakarta Theater. Yang sangat menarik adalah Keynote Speaker Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang mengatakan bahwa beliau kecewa ada pejabat berfikir keblinger. Berfikir jangka pendek, berfikir tidak komprehensif. Beliau mengatakan bahwa kebijakan energi kita saat ini lebih bersifat jangka pendek, adhoc. Sementara kita harus berfikir out of the box. Harus ada cara yang luar biasa. Kita harus biasakan mencari jalan baru.
http://www.kompasiana.com/…/rizal-ramli-jadi-pejabat-jangan…
Semula banyak orang bingung dan bertanya-tanya dalam beberapa diskusi, "Kemana arah Rizal Ramli?". Bahkan pertanyaan yang sama itu ditanyakan oleh seorang alumni senior ITB sendiri kepada saya minggu lalu. "Koq kesannya bikin recok?", ujar teman saya satu lagi. Saya hanya jawab, "Sabar, memang situasinya harus dibuat seperti ini. Harus dibuat gerah sehingga para ular-ular itu kepanasan dan akhirnya keluar dari lubangnya. Kalau sudah keluar mudah untuk di keprak.". Terbukti bukan? Sekarang ular-ular yang keluar dari lubangnya dengan mudah kita lihat, karena mereka berlari meliuk-liuk kesana kemari, kebingungan sebab lubangnya sudah kena asap. Bahkan para ular itu saling mematuk dan saling melilit satu sama lain. Kita hitung saja, 3 hari yang lalu ada ular yang kena asap sehingga jatuh dari kursi nya yang tinggi. Bahkan diperkirakan akan menjadi tersangka dalam waktu dekat. Seekor ular lagi telah ketangkap masuk perangkap dan dinyatakan sebagai tersangka Jum'at kemarin. Masih ada beberapa ular lagi akan masuk perangkap, kita tunggu saja..... syukur-syukur induk ularnya juga sekalian masuk perangkap, tontonan menarik sekaligus menjijikkan. Nah, kalau ular-ular sudah masuk perangkap maka diharapkan suasana menjadi tenang dan kita bisa kerja...kerja... dan kerja. Semoga. MEI, 19 Desember 2015.
http://www.kompasiana.com/…/rizal-ramli-yang-memulainya_563…

No comments:

.

.