Kemacetan di Ubud. Penyebabnya apa? Siapa yang bertanggung jawab?
Akhir - akhir ini saya sering mendengar keluhan dari beberapa kawan mengenai kemacetan di Ubud. Tidak separah di kota - kota lain, namun menurut saya hal ini seharusnya dapat diperbaiki, dengan apa? Ya tentu saja dengan kesadaran bersama.
Sebagai warga Ubud atau yang mencari pekerjaan di Ubud, Apakah Anda (saya) sudah sadar, bahwa macet ini dapat kita atasi bersama? Mari coba kita pikirkan BERSAMA (jika tidak bisa sendiri).
Menurut saya ada beberapa titik dan sumber kemacetan di Ubud:
1. Beberapa daerah/area menjadi "ruang tunggu" para taxi driver. Sehingga beberapa titik yang jelas - jelas sudah dipasang DILARANG PARKIR menjadi tempat parkir dadakan orang yang mencari parkir, terutama mobil. Bagaimana sebenarnya aturan area parkir di Ubud?
2. Jalan Bisma, sebuah jalan kecil nan menanjak ini selalu sibuk oleh mobil, truk, dan lainnya. Jalan kecil ini tidak seimbang dengan pembangunan hotel yang sekarang dapat Anda lihat di Jalan Bisma.
3. Di depan SMP N 1 Ubud, seharusnya dilarang parkir, karena saat murid pulang sekolah, tidak ada tempat jalan kaki bagi para murid. Bagaimana jika untuk parkir bagi para penjemput murid saja?
4. Pegawai restaurant atau toko disepanjang jalan raya Ubud, seharunya tidak parkir di depan tokonya sendiri, bahkan kadang lewat garis batas. Bayangkan 20 pegawai membawa motor masing - masing dan parkir di depan restaurant-nya seharian. Tidak ada parkir bagi customer atau pelancong yang ingin menikmati Ubud (Itu pun jika kita masih menginginkan Ubud menjadi tempat wisata).
5. Perempatan Ubud, jalan raya Ubud sudah dijadikan dua arah semenjak Januari 2017, namun apakah ini sudah mengatasi masalah kemacetan? Naik turun penumpang di perempatan Ubud juga masih menjadi sumber kemacetan.
6. Apakah Ubud Central Parking sudah menjadi tempat yang memadai?
7. Pasar Ubud yang tidak mempunyai lahan parkir yang memadai. Padahal yang saya ketahui, pasar Ubud diperbaiki untuk mengatasi kemacetan dengan membawa area parkir di dalam pasar. Malah saat ini, perubahan ini mempersulit para pedagang karena bentuknya yang membuat sulit beberapa pedagang untuk berjualan dan mendatangkan pembeli. Bagaimana jika kembalikan pasar tradisional yang dulu?
8. Jalan Karna? ini jalan atau Pasar? Apa sebenarnya tujuan dibukanya jalan dari Pasar Ubud ke jalan Karna? Untuk mengatasi macet atau menambah luas pasar?
9. Bagi orang yang mempunyai mobil, apakah Anda mempunyai atau menyewa garasi untuk mobil Anda? Atau Garasi disewakan untuk menjadi sebuah toko?
10. Ubud adalah sebuah Desa, jalannya tidak seluas kota. Bus - bus yang masuk Ubud seharusnya lebih memikirkan hal ini.
Mungkin Anda mempunyai beberapa pemikiran tentang masalah ini dan beberapa pihak sudah memulai memikirkan untuk mengatasi macet ini. Mari kita bantu mereka untuk LEBIH SADAR (setidaknya). Jika tidak, Ubud (kita) harus memikirkan kata lain dari PARIWISATA. Ubud pasti mempunyai banyak orang - orang yang cerdas yang bisa kita andalkan dan percayai.
Text by: Gustra Adnyana
Akhir - akhir ini saya sering mendengar keluhan dari beberapa kawan mengenai kemacetan di Ubud. Tidak separah di kota - kota lain, namun menurut saya hal ini seharusnya dapat diperbaiki, dengan apa? Ya tentu saja dengan kesadaran bersama.
Sebagai warga Ubud atau yang mencari pekerjaan di Ubud, Apakah Anda (saya) sudah sadar, bahwa macet ini dapat kita atasi bersama? Mari coba kita pikirkan BERSAMA (jika tidak bisa sendiri).
Menurut saya ada beberapa titik dan sumber kemacetan di Ubud:
1. Beberapa daerah/area menjadi "ruang tunggu" para taxi driver. Sehingga beberapa titik yang jelas - jelas sudah dipasang DILARANG PARKIR menjadi tempat parkir dadakan orang yang mencari parkir, terutama mobil. Bagaimana sebenarnya aturan area parkir di Ubud?
2. Jalan Bisma, sebuah jalan kecil nan menanjak ini selalu sibuk oleh mobil, truk, dan lainnya. Jalan kecil ini tidak seimbang dengan pembangunan hotel yang sekarang dapat Anda lihat di Jalan Bisma.
3. Di depan SMP N 1 Ubud, seharusnya dilarang parkir, karena saat murid pulang sekolah, tidak ada tempat jalan kaki bagi para murid. Bagaimana jika untuk parkir bagi para penjemput murid saja?
4. Pegawai restaurant atau toko disepanjang jalan raya Ubud, seharunya tidak parkir di depan tokonya sendiri, bahkan kadang lewat garis batas. Bayangkan 20 pegawai membawa motor masing - masing dan parkir di depan restaurant-nya seharian. Tidak ada parkir bagi customer atau pelancong yang ingin menikmati Ubud (Itu pun jika kita masih menginginkan Ubud menjadi tempat wisata).
5. Perempatan Ubud, jalan raya Ubud sudah dijadikan dua arah semenjak Januari 2017, namun apakah ini sudah mengatasi masalah kemacetan? Naik turun penumpang di perempatan Ubud juga masih menjadi sumber kemacetan.
6. Apakah Ubud Central Parking sudah menjadi tempat yang memadai?
7. Pasar Ubud yang tidak mempunyai lahan parkir yang memadai. Padahal yang saya ketahui, pasar Ubud diperbaiki untuk mengatasi kemacetan dengan membawa area parkir di dalam pasar. Malah saat ini, perubahan ini mempersulit para pedagang karena bentuknya yang membuat sulit beberapa pedagang untuk berjualan dan mendatangkan pembeli. Bagaimana jika kembalikan pasar tradisional yang dulu?
8. Jalan Karna? ini jalan atau Pasar? Apa sebenarnya tujuan dibukanya jalan dari Pasar Ubud ke jalan Karna? Untuk mengatasi macet atau menambah luas pasar?
9. Bagi orang yang mempunyai mobil, apakah Anda mempunyai atau menyewa garasi untuk mobil Anda? Atau Garasi disewakan untuk menjadi sebuah toko?
10. Ubud adalah sebuah Desa, jalannya tidak seluas kota. Bus - bus yang masuk Ubud seharusnya lebih memikirkan hal ini.
Mungkin Anda mempunyai beberapa pemikiran tentang masalah ini dan beberapa pihak sudah memulai memikirkan untuk mengatasi macet ini. Mari kita bantu mereka untuk LEBIH SADAR (setidaknya). Jika tidak, Ubud (kita) harus memikirkan kata lain dari PARIWISATA. Ubud pasti mempunyai banyak orang - orang yang cerdas yang bisa kita andalkan dan percayai.
Text by: Gustra Adnyana
No comments:
Post a Comment