Indonesia Perlu Perubahan, Revolusi Mental.
Fwrd: Rizal ramli Yang Memulainya
Perangi Korupsi, Kepahlawanan Bentuk Baru. Kalimat di alinea diatas
adalah judul berita utama harian Kompas bulan lalu, menarik memang,
karena situasi jaman dahulu berbeda dengan situasi sekarang. Dulu, para
pahlawan mengusir penjajah agar Indonesia merdeka dari para penjajah.
Semangat para pahlawan yang mengusir penjajah demi kemerdekaan Republik
Indonesia sangat relevan untuk di transformasikan dalam bentuk
perjuangan baru memerangi korupsi. Kejahatan luar biasa itu adalah musuh
bersama karena merusak kehidupan bangsa. Saat ini pahlawan itu jauh
lebih kompleks tantangannya. Dahulu, tantangan penjajah riil, tetapi
hari ini kita menghadapi penjajah yang juga ada dalam diri bangsa kita
sendiri. Termenung sejenak saya ketika membaca headline harian Kompas
diatas. Apalagi membaca komentar Prof. Saldi Isra dalam artikel headline
tersebut. Betapa tidak? Diusianya yang ke 70 negara Indonesia ini dan
dalam rangka memperingati hari pahlawan yang ke 70, ternyata didalam
diri bangsa ini ada mental penjajah. Tapi, apa boleh buat itulah fakta
yang dengan mudah bisa kita lihat dan rasakan sehari-hari. Racun bangsa
ini adalah korupsi. Penghambat kemajuan bangsa dan negara ini adalah
korupsi. Segala bentuk kongkalingkong di republik ini juga tak
terkecuali "atur-mengatur", lobby tingkat tinggi termasuk juga masalah
perpanjangan kontrak karya Freeport Indonesia yang menyita banyak
perhatian publik nasional maupun dunia internasional telah membuat
rakyat Indonesia marah, geram, emosi dan campur aduk perasaannya melihat
adegan tidak lucu dan menyebalkan yang dipertontonkan oleh para pejabat
dan politisi kita dalam sebulan ini. Ada apa dibalik ini semua? Kita
kilas balik ke belakang, saat DR. Rizal Ramli baru dilantik oleh
Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Koordinator Maritim Dan Sumber Daya
pada Kabinet Kerja pada tanggal 12 Agustus 2015 yang lalu. Ibarat
permainan sepak bola. Disaat genting akhirnya diputuskan mengganti
pemain dengan posisi sebagai Libero. Namanya Rizal Ramli, maka sang
Libero Rajawali (demikian dia menyebut dirinya Rajawali) pun terbang di
rumput, lari kesana kemari, bebas melakukan tendangan tapi terukur.
Siapapun yang ditemui didepannya.... dihajar, di libasnya. Di kepak dan
di kepret dengan sayapnya...... Sang Libero Rajawali pun terbang mencari
mangsa, membuat taktik untuk mencari kesalahan lawan, siapa lawannya?
Tim pemburu rente atau rent seekers. Dia menggiring bola sehingga
terciptalah tim lawan berbuat kesalahan di kotak penalti. Begitulah saya
tamsilkan buat Rizal Ramli yang belum sampai sepuluh hari setelah
pelantikannya telah terbang di rumput pertandingan menyelamatkan
Indonesia dari kekacauan di sektor ekonomi akibat "proyek-proyek
komando". Dia pertanyakan kebijakan pembelian pesawat oleh maskapai
penerbangan Garuda Indonesia yang berencana berhutang sebesar 44,5
milyar dollar AS dari China Aviation Bank. Baru sehari menjabat sebagai
Menteri Koordinator Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli langsung
melakukan "gebrakan" yang mengejutkan. Dia meminta agar PT Garuda
Indonesia Tbk membatalkan penambahan pesawat. Dia mengaku telah
menggagas pembatalan rencana pembelian pesawat Airbus A350 oleh Garuda
Indonesia. Rizal mengistilahkan tindakannya itu sebagai "kepret"
(menampar). Ya, Rizal sudah melakukan Kepretan jilid 1. Belum seminggu,
tepatnya 18 Agustus 2015, Rizal sudah memberikan Kepretan jilid 2.
Kritikan tajam Menteri Koordinator bidang Maritim Dan Sumber Daya
terkait proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw) yang tidak masuk
akal, diserang balik oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Menurut JK,
Rizal harus memahami terlebih dahulu persoalan yang ada sebelum
menyampaikan kritikan. Namun, mantan menteri koordinator bidang ekonomi
inipun kembali 'menyerang' JK. Rizal menantang JK agar berdebat di depan
umum terkait proyek pembangkit listrik 35 GW tersebut. Saya menilai
bahwa kritik Rizal Ramli terhadap program-program pemerintah yang dibuat
sebelum dia masuk kabinet dan menurutnya tidak realistis serta sarat
kepentingan kelompok bisnis tertentu, pasti sudah didahului perhitungan.
Saya "Haqqul Yaqin" bahwa Rizal bukan sekedar "koboi-koboian" atau
"gaya-gayaan" atau mencari sensasi, karena sejatinya Rizal adalah sosok
yang selalu berpihak pada kepentingan rakyat banyak, bukan kepentingan
segelintir orang. Rizal Ramli juga melakukan TENDANGAN DUA BELAS PAS...!
Tendangan dua belas pas ........ ke gawang pelabuhan Tanjung Priuk,
yaitu PT. PELINDO II (mulai dari Dwelling Time). Tendangan satu lagi,
tentang besaran yang realistis dari jumlah Giga Watt pembangkit listrik
yang mampu di bangun dan apakah jaringan transmisinya siap menampung
aliran listrik sebanyak 35 GW. Tendangan lain ialah ketika Rizal juga
bicara tentang masalah Blok Masela, suatu lapangan gas di dasar laut di
daerah Maluku yang mempunyai POD (potential of development) sebesar 40
TCF, suatu angka cadangan yang sangat besar sehingga disebut lapangan
gas abadi. Semula publik tidak faham atas apa yang diributkan oleh
Rizal, akhirnya sekarang masyarakat pun menjadi tahu bahwa betapa
sebenarnya sangat besar kekayaan dan harta terpendam di dasar laut
negara kita didaerah Maluku ini. Bahkan orang Maluku sendiri pun baru
tahu bahwa didaerah mereka ternyata tersembunyi harta karun yang
terpendam dan bernilai sangat tinggi. Begitu juga dengan masalah
Freeport, Rizal Ramli lagi-lagi mengangkat masalah ini kepermukaan
sehingga akhirnya menjadi luas dan bahkan semakin lama menjadi semakin
besar. Semua orang akhirnya menjadi tahu "kelakuan" para pejabat dan
bahkan menteri tertentu yang dengan begitu mudahnya mengirimkan surat
kepada PT. Freeport Indonesia tentang "jaminan" akan diperpanjangnya
kontrak karya PT. Freeport Indonesia oleh pemerintah Indonesia. Saya
ingat betul tanggalnya, 7 Oktober 2015. Ketika itu saya hadir dalam
acara seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Teknik Kimia
Universitas Diponegoro di Ballroom Djakarta Theater. Yang sangat menarik
adalah Keynote Speaker Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli yang
mengatakan bahwa beliau kecewa ada pejabat berfikir keblinger. Berfikir
jangka pendek, berfikir tidak komprehensif. Beliau mengatakan bahwa
kebijakan energi kita saat ini lebih bersifat jangka pendek, adhoc.
Sementara kita harus berfikir out of the box. Harus ada cara yang luar
biasa. Kita harus biasakan mencari jalan baru.
http://www.kompasiana.com/…/rizal-ramli-jadi-pejabat-jangan…
Semula banyak orang bingung dan bertanya-tanya dalam beberapa diskusi,
"Kemana arah Rizal Ramli?". Bahkan pertanyaan yang sama itu ditanyakan
oleh seorang alumni senior ITB sendiri kepada saya minggu lalu. "Koq
kesannya bikin recok?", ujar teman saya satu lagi. Saya hanya jawab,
"Sabar, memang situasinya harus dibuat seperti ini. Harus dibuat gerah
sehingga para ular-ular itu kepanasan dan akhirnya keluar dari
lubangnya. Kalau sudah keluar mudah untuk di keprak.". Terbukti bukan?
Sekarang ular-ular yang keluar dari lubangnya dengan mudah kita lihat,
karena mereka berlari meliuk-liuk kesana kemari, kebingungan sebab
lubangnya sudah kena asap. Bahkan para ular itu saling mematuk dan
saling melilit satu sama lain. Kita hitung saja, 3 hari yang lalu ada
ular yang kena asap sehingga jatuh dari kursi nya yang tinggi. Bahkan
diperkirakan akan menjadi tersangka dalam waktu dekat. Seekor ular lagi
telah ketangkap masuk perangkap dan dinyatakan sebagai tersangka Jum'at
kemarin. Masih ada beberapa ular lagi akan masuk perangkap, kita tunggu
saja..... syukur-syukur induk ularnya juga sekalian masuk perangkap,
tontonan menarik sekaligus menjijikkan. Nah, kalau ular-ular sudah masuk
perangkap maka diharapkan suasana menjadi tenang dan kita bisa
kerja...kerja... dan kerja. Semoga. MEI, 19 Desember 2015.
http://www.kompasiana.com/…/rizal-ramli-yang-memulainya_563…
No comments:
Post a Comment